DETEKSI DINI PENYAKIT DEGENERATIF PADA LANSIA

DETEKSI DINI PENYAKIT DEGENERATIF PADA LANSIA DI DSN.KARANG PUCANG, DS.NGANCAR, KEC.PITU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PITU KABUPATEN NGAWI

Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit degeneratif antara lain hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, diabetes mellitus, osteoporosis, penyakit sendi, asma, katarak, dan sebagainya. Peningkatan beberapa kejadian penyakit ini cenderung meningkat seiring bertambahnya usia sehingga lebih banyak dialami oleh lansia. Hal ini akan sangat mengganggu lansia karena menurunkan kualitas hidup sehingga perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan rutin guna memantau munculnya penyakit degeneratif tersebut.

Gambar 1. Registrasi Peserta

Data dari World Population Prospects dan United Nation (UN) menunjukkan Indonesia merupakan negara dengan persentase penduduk lanjut usia paling tinggi (37,6%) dibanding negara ASEAN lainnya  Berdasarkan hasil sensus penduduk Indonesia pada tahun 2010, jumlah populasi lanjut usia di Indonesia berkisar 18,04 juta atau 7,6% dari total populasi di Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan penyakit terbanyak pada lanjut usia adalah hipertensi (57,6%), artritis (51,9%), stroke (46,1%), masalah gigi dan mulut (19,1%), penyakit paru obstruktif menahun (8,6%) dan diabetes mellitus (4,8%). Sementara itu dengan bertambahnya usia, gangguan fungsional akan meningkat dengan ditunjukkan terjadinya disabilitas. Pada tahun 2014, Riskesdas  juga masih menyajikan data yang tidak berbeda dimana penyakit penyakit utama yang dialami para lansia yaitu hipertensi, radang sendi, stroke, PPOK, dan diabetes melitus.

Gambar 2. Penyuluhan tentang penyakit Degeneratif
Gambar 3. Pemeriksaan Tensi darah

Dusun Karang Pucang Desa Ngancar Kabupaten Ngawi ini memiliki 245 kepala keluarga (KK) dan 159 dari total penduduknya adalah lansia. Berdasarkan data tersebut pula, hanya 25% lansia yang aktif mengikuti posyandu lansia yang rutin dilaksanakan satu bulan sekali. Keengganan mengikuti kegiatan posyandu lansia ini umumnya disebabkan karena lansia tidak mempunyai keluhan penyakit secara fisik sehingga menganggap diri mereka sehat (Data Primer). Oleh karena itu, upaya peningkatan kesadaran bagi masyarakat, khususnya kelompok lansia perlu dilakukan untuk memberikan pemahaman bahwa melakukan pemeriksaan kesehatan tidak harus menunggu adanya keluhan atau kejadian sakit. namun upaya tersebut perlu dilakukan untuk melakukan pencegahan dan pengendalian terhadap kejadian penyakit degeneratif.

Upaya pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan tindakan deteksi dini, berupa pemeriksaan yan terkait dengan penyakit degeratif yang rentan dialami oleh lansia.  Deteksi secara dini dapat dilakukan dengan pengecekan status gizi, tekanan darah, biokimia darah (khususnya glukosa darah, kolesterol, dan asam urat) secara rutin. Tentunya hasil pada saat deteksi dini dapat digunakan sebagai dasar pencegahan atau penanganan masalah kesehatan lansia sehingga lansia dapat hidup secara berkualitas.

Gambar 4.Pemeriksaan Gula darah dan lainnya

Permasalahan yang terjadi pada lansia  di karang Pucang, Desa Ngancar wilayah Puskesmas Pitu Penurunan fungsi tubuh serta perubahan gaya hidup, seperti pola makan yang tidak tepat, merokok, serta aktivitas fisik yang tidak teratur dapat meningkatkan munculnya penyakit degeneratif pada lansia. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit degeneratif akibat rendahnya kesadaran dalam melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dapat berdampak negatif pada kesehatan lansia. Menurunnya kesehatan tersebut akan mempengaruhi pula kualitas hidup lansia dalam menjalani masa tua mereka

Gambar 5. Dosen,mahasiswa dan Kelompok Masyarakat Mitra Binaan di desa Pitu

Program kegiatan Pengabdian masyarakat dosen akper Pemkab Ngawi, yang menjadi target sasaran adalah masyarakat lansia Dusun Karang Pucang, Desa Ngancar wilayah Puskesmas Pitu, yaitu sebanyak 159 orang, dengan kegiatan yang dilakukan adalah: Jalan sehat, Pengukuran tekanan darah, gula darah, asam urat, dan kolesterol, dan pendidikan kesehatan, yang dilakukan pada bulan Mei 2018. Dari  peserta yang datang pada saat penyuluhan didapatkan 23 orang (19,8%) orang menderita hipertensi dengan kategori hipertensi derajad I sebanyak 9 orang (39%), dan hipertensi derajad II sebanyak 14 orang (61%).

KEGIATAN REFUNGSI JAMBAN KOLAM LELE MENJADI JAMBAN SEHAT

KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REFUNGSI JAMBAN KOLAM LELE MENJADI JAMBAN SEHAT

Banyak kasus yang kerap terjadi di kalangan masyarakat umumnya tentang kebersihan lingkungan. Apalagi di jaman now masih ada masyarakat yang masih menggunakan kolam lele sebagai jamban. Meningkatnya kejadian diare di Dusun Gebang Sewu Desa Semen. Membuat dosen Akper Pemkab Ngawi bersama mahasiswa untuk melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat  dengan mengubah fungsi jamban kolam lele menjadi jamban yang sehat.

Gambar 1. Sosialisasi Program Jamban Kolam Lele
Gambar 2. Integrasi Jamban dengan kolam Lele
Gambar 3. Jamban yang terintegrasi dengan Kolam Lele

Kegiatan dilakukan di Dusun Gebang Sewu desa semen pada bulan April tahun 2018. Kegiatan ini selain untuk mengubah kebiasaan warga yang menjadikan kolam lele sebagai tempat pembuangan (BAB), juga bertujuan untuk mewujudkan desa ODF di Dusun Gebang Sewu serta terbentuknya Desa Sentra lele yang akhirnya mampu meningkatkan upaya kesehatan dan ekonomi warga.

terapi non Farmakologi untuk Lansia dalam mengurangi Nyeri Osteoartritis

Tatalaksana terapi non Farmakologi Sebagai Bentuk Swamedikasi Lansia Dalam Manajemen Nyeri Osteoartritis  di Dsn. BalongcapangDs. Pangkur, Kec. Pangkur Wilayah Kerja Puskesmas Pangkur Kabupaten Ngawi

Osteortritis merupakan salah satu jenis penyakit rematik yang paling banyak ditemukan pada golongan lansia di lndonesia, angka kejadian berkisar 50-60%. osteoartritis dan gangguan pada tulang menyebabkan munculnya nyeri sendi. Banyaknya masyarakat khususnya lansia yang mengobati nyeri sendi dengan berbagai cara yang dianggap mampu mengatasi dan meringankan nyeri persendian. Hal ini menunjukan bahwa nyeri yang dirasakan akibat rematik sangat mengganggu dalam kehidupan lansia sehingga lansia mengalami masalah dalam melakukan aktivitas. Disamping itu masih banyak pandangan masyarakat Indonesia yang menganggap remeh penyakit ini karena sifatnya seakan tidak menimbulkan ancaman jiwa, padahal rasa nyeri yag ditimbulkan akibat penyakit ini justru menjadi penghambat yang sangat menganggu bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Tindakan pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri sendi akibat osteoertritis pada lansia bisa dengan terapi farmakologis dan non farmakologis. Secara farmakologis yaitu dengan tindakan pemberian obat-obatan, sedangkan tindakan nonfarmakologis antara lain seperti edukasi lansia, terapi fisik, okupasional, aplikasi dingan atau panas, latihan fisik, istirahat, dan merawat persendian, penurunan berat badan jika mengalami obesitas, dan akupuntur. Review terhadap beberapa jurnal didapatkan hasil bahwa terapi nonfarmakologi efektif menurunkan nyeri sendi pada lansia.

Meningktnya kejadian penyakit degeneratif terutama keluhan nyeri sendi pada lansia di dusun balongcapang desa pangkur, dan melihat banyaknya manfaat dari terapi non farmakologi terhadap penurunan nyeri osteoartristis, maka perlu diaplikasikan secara nyata sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat. Berdasar hal tersebut dosen akper pemkab ngawi bersama mahasiswa melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dengan megambil tema “Tatalaksana Terapi Non Farmakologi Sebagai Bentuk Swamedikasi Lansia dalam Manajemen Nyeri Osteoartritis”

Gambar 1. Penyuluhan tentang Terapi non Farmakologi
Gambar 2. Senam Rematik bersama Lansia
Gambar 3. Pemeriksaan awal terhadap tensi, dan Asam urat

Kegiatan dilaksanakan pada bulan Maret 2019 diikuti sejumlah 45 lansia. Pengabdian diawali dengan cek kesehatan seperti pemeriksaan tekanan darah dan asam urat, penyuluhan kesehatan tentang nyeri sendi pada lansia, mengajarkan cara mengurangi nyeri sendi seperti dengan pemberian kompres dengan air hangat dan kompres dengan tumbukan jahe, dilanjutkan senam rematik bersama-sama dengan lansia, kader desa, kader puskesmas, dosen dan mahasiswa Akper Pemkab Ngawi